Shopaholic berasal dari dua kata,
shop dan aholic. Shop memiliki arti belanja dan kata aholic menandakan suatu
kebiasaan yang merupakan ketergantungan terhadap sesuatu hal yang dilakukan
secara sadar atau tidak.
Beberapa
literatur menggolongkan shopaholic sebagai penyimpangan obsesif-kompulsif yang
merupakan suatu gangguan psikologis. Gangguan ini ditandai dengan
pikiran-pikiran obsesif (pikiran-pikiran yang selalu berulang-ulang menghantui
seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu) dan adanya perilaku
kompulsif (perilaku yang dilakukan berulang-ulang, jika tidak dilakukan maka
akan merasa tersiksa atau cemas). Gangguan ini dapat membaik dengan bantuan
psikolog.
MENGAPA SHOPAHOLIC BISA TIMBUL?
Shopaholic
biasanya terjadi akibat dari self-image yang rendah dan merasa penuh
kekurangan. Untuk mengkompensasi dari perasaan tersebut, maka mereka
berbelanja, karena tidak dapat memenuhi kebutuhan emosinya dengan cara lain.
Kadang-kadang hal ini juga dipengaruhi pergaulan, dimana ada perasaan tidak
ingin lebih rendah dari orang lain.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi seorang shopaholic, misalnya:
Seseorang menganut gaya hidup
hedonis (materialis) dan mempersepsi bahwa manusia merupakan human having.
Human having merupakan seseorang yang cenderung mempersepsi orang lain
berdasarkan apa yang dimiliki (seperti punya mobil, rumah, jabatan). Human
having ini mengakibatkan seseorang merasa terus kekurangan, selalu diliputi
kecemasan, tidak akan termotivasi untuk mengejar kebutuhan pada tingkat yang
lebih.
Kecemasan berlebihan karena
mengalami trauma di masa lalu.
Berbagai iklan yang ditampilkan di
berbagai media yang menggambarkan bahwa pola hidup konsumtif dan hedonis
merupakan sarana untuk melepaskan diri dari stres.
Adanya pikiran-pikiran obsesi yang
tidak rasional
Menurut penelitian, yang dapat
mengalami shopaholic bukan hanya perempuan tetapi juga laki-laki, meskipun
jenis barang yang mereka belanjakan berbeda. Wanita lebih senang berbelanja
baju, sepatu, kosmetik, dll. Sedangkan laki-laki lebih senang membeli
hp,mp3,dll.
Sebuah penelitian di Inggris
menyatakan 2-10 persen orang dewasa cenderung senang berbelanja. Pada
perempuan, kecenderungan ini meningkat 9 kali lebih besar daripada lelaki. Nah,
apakah Anda memiliki kecenderungan menjadi shopaholic? Simak 5 tanda berikut!
- Anda sangat bersemangat membicarakan rencana jalan-jalan untuk berbelanja. Jika tidak bisa merealisasikannya dalam satu minggu, Anda pasti akan kecewa.
- Mood sering berubah. Saat berbelanja, Anda sangat gembira. Namun, emosi Anda bisa berubah muram ketika uang yang dimiliki menipis atau malah habis.
- Anda melihat acara pernikahan atau pesta bukan sebagai momen untuk bersenang-senang, tetapi sebagai alasan untuk berbelanja baju baru.
- Lemari Anda penuh dengan pakaian, sepatu, perhiasan, dan peralatan makeup yang baru dipakai sekali atau masih terpasang label harga atau malah belum tersentuh sejak dibeli. Anda memang ingin membeli barang-barang itu, tanpa tahu kapan akan memakainya.
- Anda banyak berutang karena gaji Anda tidak bisa mendukung kebiasaan belanja ini.
sumber
:
0 komentar:
Posting Komentar